7 Alat Analisis Keuangan Sederhana untuk Non-Finance
rexy 0 Comments

7 Alat Analisis Keuangan Sederhana untuk Non-Finance

5/5 - (2 votes)

Keuangan sering kali dianggap sebagai bidang yang rumit dan eksklusif, sehingga tidak sedikit orang yang tertarik memahami analisis keuangan. Padahal analisis memiliki peran penting bagi siapa pun, terlepas dari latar belakang keuangan mereka.

Apa lagi saat ini alat analisis keuangan semakin berkembang dengan berbagai fitur dan kelebihan masing-masing. Dalam artikel ini akan memperkenalkan beberapa alat analisis keuangan sederhana yang dapat digunakan oleh individu non-finance untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang kondisi keuangan.

Mengapa Alat Analisis Keuangan Penting?

Alat analisis keuangan membantu dalam mengevaluasi kesehatan finansial suatu entitas, baik itu perusahaan, organisasi non-profit, atau bahkan keuangan pribadi. Dengan menggunakan alat ini, seseorang dapat mengidentifikasi tren, menghitung rasio-rasio kunci, dan membuat keputusan berdasarkan data finansial yang objektif. Untuk non-finance, memahami alat-alat ini adalah langkah penting menuju pengelolaan keuangan yang lebih efektif dan strategis.

Dengan memahami dan menggunakan alat-alat analisis keuangan ini, non-finance dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang kesehatan finansial entitas mereka, baik itu untuk keperluan pribadi maupun profesional.

Baca juga : 10 Istilah Keuangan yang Harus Dipahami oleh Non-Finance

Alat Analisis Keuangan Non-Finance

Saat ini terdapat tujuh alat analisis keuangan non-finance yang banyak digunakan. Setiap alat analisis memiliki fokus dan tujuan yang berbeda, membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih terinformasi dalam pengelolaan keuangan, berikut diantaranya:

  • Rasio Likuiditas
    Rasio likuiditas mengukur kemampuan suatu entitas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset lancar. Contoh rasio likuiditas termasuk current ratio (rasio lancar) dan quick ratio (rasio cepat).
  • Rasio Solvabilitas
    Rasio solvabilitas mengevaluasi kemampuan suatu entitas untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Contoh rasio solvabilitas termasuk debt-to-equity ratio (rasio utang terhadap ekuitas) dan interest coverage ratio (rasio penutupan bunga).
  • Rasio Profitabilitas
    Rasio profitabilitas mengukur kemampuan suatu entitas untuk menghasilkan laba dari operasinya. Contoh rasio profitabilitas termasuk return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan gross profit margin (marginal laba kotor).
  • Rasio Efisiensi
    Rasio efisiensi menilai seberapa baik suatu entitas memanfaatkan aset dan sumber daya untuk menghasilkan pendapatan. Contoh rasio efisiensi termasuk inventory turnover ratio (rasio pergantian persediaan) dan accounts receivable turnover ratio (rasio pergantian piutang).
  • Analisis Du Pont
    Analisis Du Pont
    memecah return on equity (ROE) menjadi komponen-komponen yang lebih spesifik, yaitu profit margin (marginal laba), asset turnover (perputaran aset), dan leverage (leverage keuangan). Ini membantu dalam memahami apa yang menggerakkan ROE suatu entitas.
  • Common-Size Analysis
    Common-size analysis
    membandingkan setiap item dalam laporan keuangan dengan total aset atau penjualan, mengonversi angka-angka ke ukuran yang relatif. Ini membantu dalam menyoroti tren dan perbandingan antar periode.
  • Trend Analysis
    Trend analysis menganalisis data keuangan dari periode ke periode untuk mengidentifikasi pola atau tren yang mungkin ada. Ini membantu dalam memahami apakah performa keuangan entitas tersebut sedang meningkat, menurun, atau stabil dari waktu ke waktu.

Baca juga : Memahami Arti Rasio Keuangan: Current Ratio, Debt to Equity, ROE, dan ROA

Contoh Penerapan Alat Analisis Keuangan Sederhana

Contoh 1: Analisis Rasio Likuiditas

Seorang individu ingin mengevaluasi kesiapan keuangannya untuk menghadapi kewajiban jangka pendek, seperti pembayaran tagihan bulanan atau dana darurat. Langkah-langkah Analisis Rasio Likuiditas:

  • Identifikasi Aset Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek
    Pertama, individu tersebut mengidentifikasi aset lancar seperti uang tunai, investasi yang mudah dicairkan, dan piutang yang akan segera diterima. Kemudian, mereka juga mengidentifikasi kewajiban jangka pendek seperti tagihan yang harus segera dibayar dan pinjaman jangka pendek.
  • Hitung Current Ratio
    Individu tersebut menghitung current ratio (rasio lancar) dengan membagi total aset lancar dengan total kewajiban jangka pendek. Misalnya, jika total aset lancar adalah Rp10.000.000 dan total kewajiban jangka pendek adalah Rp5.000.000, maka current ratio-nya adalah 2 (Rp10.000.000 / Rp5.000.000). Hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki dua kali lipat aset lancar dibandingkan dengan kewajiban jangka pendeknya, menunjukkan kesiapan keuangan yang baik dalam menghadapi kewajiban jangka pendek.
  • Interpretasi
    Current ratio di atas 1 menunjukkan bahwa individu memiliki lebih banyak aset lancar daripada kewajiban jangka pendeknya, yang merupakan indikasi positif. Namun, jika current ratio terlalu tinggi (misalnya lebih dari 3), mungkin menunjukkan bahwa sebagian besar aset tidak digunakan secara efisien untuk menghasilkan pendapatan atau pertumbuhan.

Contoh 2: Analisis Rasio Profitabilitas

Seorang pemilik usaha ingin mengevaluasi kinerja keuangan bisnisnya selama tahun lalu. Langkah-langkah Analisis Rasio Profitabilitas:

  • Mengumpulkan Data Keuangan
    Pemilik usaha mengumpulkan data keuangan yang diperlukan, termasuk pendapatan total dan biaya-biaya operasional seperti biaya produksi, biaya overhead, dan biaya penjualan.\
  • Hitung Gross Profit Margin
    Pemilik usaha menghitung gross profit margin (marginal laba kotor) dengan membagi laba kotor dengan pendapatan total. Misalnya, jika laba kotor adalah Rp50.000.000 dan pendapatan total adalah Rp200.000.000, maka gross profit margin-nya adalah 25% (Rp50.000.000 / Rp200.000.000).
  • Hitung Return on Assets (ROA)
    Selanjutnya, pemilik usaha menghitung return on assets (ROA) dengan membagi laba bersih dengan total aset. Misalnya, jika laba bersih adalah Rp30.000.000 dan total aset adalah Rp150.000.000, maka ROA-nya adalah 20% (Rp30.000.000 / Rp150.000.000).
  • Interpretasi
    Gross profit margin dan ROA memberikan gambaran tentang efisiensi bisnis dalam menghasilkan keuntungan dari aset yang dimiliki. Misalnya, gross profit margin yang tinggi menunjukkan bahwa bisnis tersebut efektif dalam mengelola biaya produksi dan meningkatkan efisiensi operasional. Sementara itu, ROA yang tinggi menunjukkan bahwa bisnis mampu menghasilkan keuntungan yang baik relatif terhadap jumlah aset yang diinvestasikan.

Dengan menerapkan analisis rasio likuiditas dan profitabilitas, individu atau pemilik usaha dapat mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang kesehatan keuangan mereka dan membuat keputusan yang lebih terinformasi untuk meningkatkan performa keuangan di masa mendatang.

Kesimpulan

Dengan memanfaatkan alat analisis keuangan sederhana ini, dapat mengambil langkah-langkah yang lebih terinformasi dan terarah dalam mengelola keuangan sendiri atau berkontribusi dalam pengambilan keputusan keuangan organisasi tempat bekerja. Jangan ragu untuk menjadikan pemahaman tentang keuangan sebagai kekuatan dalam mencapai tujuan keuangan.Ā 

LAYANAN FINANCE FOR NON FINANCE

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.