Resesi Ekonomi
Duha 0 Comments

Mengenal Resesi Ekonomi dan Bagaimana Ciri-cirinya

Rate this post

Resesi ekonomi global mengancam di depan mata, termasuk di Indonesia. Penyebabnya karena kenaikan suku bunga acuan secara agresif oleh bank sentral di berbagai negara untuk meredam laju inflasi. Mulai dari Bank Dunia hingga Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengingatkan tentang ancaman resesi 2023 pada perekonomian global.

Resesi ekonomi dapat memicu dampak yang berisiko bagi kehidupan masyarakat. Dilansir dari Detik.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, tingginya jumlah negara di dunia yang menaikkan suku bunga acuan secara ekstrim dan bersama-sama seperti di Amerika Serikat dan Inggris telah memicu inflasi sampai resesi.

Resesi ekonomi menjadi teror menyeramkan bagi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Ekonomi dunia saat ini memang sedang baik-baik saja, terutama selepas pandemi Covid-19 mereda. Namun, melihat laporan perkembangan ekonomi global yang mengkhawatirkan, semakin sadar bahwa jurang krisis dan resesi ada di depan mata.

Meski sudah sering mendengar kata resesi di berbagai media, namun sebagian dari masyarakat belum memahami apa itu resesi. Lalu, apa itu resesi? Ikuti penjelasan di bawah ini.

A. Apa Itu Resesi Ekonomi?

Berdasarkan penjelasan di laman sikapiuangmu.ojk.go.id, resesi adalah kondisi ekonomi negara memburuk karena penurunan Produk Domestik Bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Resesi ekonomi terjadi ketika kegiatan ekonomi mengalami penurunan yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Keadaan itu kemudian menimbulkan dampak bagi kehidupan masyarakat. Resesi ekonomi bisa membuat penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi.

Siklus ekonomi yang menunjukkan penurunan ini terlihat bahkan di negara maju, salah satunya Inggris. Menurut lembaga keuangan internasional S&P Global Ratings, Inggris telah mengalami resesi sejak pertengahan 2022, karena pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua sudah melambat 0,1% sementara inflasi di negara tersebut melonjak hingga 9,9% pada Agustus.

Baca juga:

 

Selanjutnya, dari Amerika Serikat, data klaim pengangguran menunjukkan perbaikan di pasar tenaga kerja AS, sehingga ekspektasi investor terhadap kenaikan suku bunga yang lebih agresif akan semakin tinggi. Perbaikan data pasar tenaga kerja mengindikasikan inflasi tidak akan turun dalam waktu dekat.

B. Penyebab Resesi

Penyebab resesi ekonomi terjadi karena hal-hal terkait ekonomi dan teknologi yang saling berkaitan.  Berikut ini penjelasan lengkap penyebab resesi ekonomi:

  1. Guncangan Ekonomi

Guncangan ekonomi seperti pandemi Covid-19 adalah salah satu penyebab resesi ekonomi. Ciri guncangan ini ditandai dengan lemahnya daya beli masyarakat akibat kesulitan finansial. Guncangan ekonomi juga membuat berbagai masalah ekonomi seperti tumpukan utang. Utang yang banyak membuat biaya pelunasannya meninggi, bahkan tidak mampu melunasinya lagi.

  1. Inflasi

Inflasi adalah kondisi naiknya harga barang dan jasa selama periode tertentu. Inflasi yang berlebihan membuat daya beli masyarakat menurun. Di sisi lain, produksi barang dan jasa juga bakal menurun. Resesi terjadi karena tingginya inflasi akibat harga komoditas energi yang melesat. Hal ini berbahaya karena akan memicu pengangguran, kemiskinan, dan berujung pada resesi.

  1. Suku Bunga Tinggi

Inflasi membuat bank sentral menaikkan suku bunga. Kemudian diperparah dengan daya beli yang mulai lesu dan bakal menjadi pemantik resesi.

Suku bunga yang tinggi bertujuan untuk melindungi nilai mata uang, namun hal ini akan membebani debitur dan menyebabkan kredit macet. Jika terjadi secara besar-besaran, perbankan bisa kolaps.

  1. Deflasi

Deflasi ditandai dengan turunnya harga barang atau jasa. Deflasi bisa meningkatkan daya beli masyarakat, namun jika berlebihan akan merugikan penyedia barang dan jasa.

Penurunan harga terus-menerus membuat konsumen menunda pembelian dan menunggu hingga nominal terendah. Jika terjadi, daya beli justru melemah dan aktivitas produksi berkurang. Ketika individu dan unit bisnis berhenti mengeluarkan uang, ekonomi menjadi rusak.

  1. Gelembung Aset Pecah

Fenomena gelembung aset biasanya terjadi di pasar saham dan properti. Investor mengambil keputusan yang akhirnya merusak pasar. Mereka membeli banyak saham atau menumpuk properti dengan spekulasi bahwa harganya akan terus naik di masa depan. Namun, gelembung aset itu bakal ramai-ramai dijual ketika kondisi ekonomi sedang berantakan atau disebut panic selling. Jika ini terjadi, resesi ekonomi bakal makin dekat.

  1. Kemajuan Teknologi

Munculnya revolusi industri dikhawatirkan membuat Artificial Intelligence (AI) dan robot akan menggantikan banyak pekerjaan manusia. Jika ini terjadi, banyak pekerja yang berpotensi menjadi pengangguran dan resesi tak terhindarkan.

C. Dampak Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi menimbulkan dampak kepada pemerintah, perusahaan, pekerja, hingga kehidupan bermasyarakat. Berikut dampak yang ditimbulkan resesi.

  1. Dampak untuk Pemerintah

Resesi ekonomi membuat pendapatan negara dari pajak dan non pajak menurun. Penyebabnya karena penghasilan masyarakat menurun hingga harga properti yang anjlok dan akhirnya memicu rendahnya jumlah PPN ke kas negara.

Ketika pendapatan negara sedang menurun, pemerintah tetap dituntut membuka lapangan kerja sebanyak mungkin karena jumlah pengangguran yang meningkat. Akibatnya, pinjaman ke bank asing bakal meroket.

Selain itu, pembangunan tetap dituntut untuk terus berjalan di berbagai sektor pemerintahan, termasuk menjamin kesejahteraan rakyat. Pada akhirnya, penurunan pendapatan pajak dan meningkatnya pembayaran kesejahteraan mengakibatkan defisit anggaran serta tingginya utang pemerintah.

  1. Dampak untuk Perusahaan

Bisnis berpotensi bangkrut saat resesi ekonomi. Ketika terjadi resesi ekonomi, daya beli masyarakat menurun dan pendapatan perusahaan menjadi kecil. Kondisi ini yang bakal mengancam kelancaran arus kas.

Perang harga lantas menjadi pilihan perusahaan agar terhindar dari kebangkrutan. Namun, langkah ini membuat keuntungan bakal menurun dan harus ditambal dengan melakukan efisiensi. Biasanya, perusahaan bakal menutup area bisnis yang kurang menguntungkan hingga memotong biaya operasional.

  1. Dampak untuk Pekerja

Efisiensi yang dilakukan perusahaan ketika resesi juga berdampak ke pekerja. Menutup area bisnis yang kurang menguntungkan dan memotong biaya operasional berarti melakukan PHK kepada banyak pekerja.

Jika banyak terjadi PHK, berarti pengangguran semakin meningkat. Padahal, mereka harus terus memenuhi kebutuhan hidup di tengah resesi ekonomi. Di lain sisi, bagi pekerja yang tidak terkena PHK juga terancam terkena pemotongan upah dan hak kerja lainnya.

  1. Dampak untuk Masyarakat 

Dampak resesi ekonomi yang paling dekat dengan masyarakat adalah menurunnya daya beli. Pasalnya, masyarakat akan menjadi lebih selektif dalam menggunakan uangnya.

Baca juga:

 

D. Ciri-ciri Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi memiliki ciri-ciri saat terjadi. Berikut ciri-ciri resesi ekonomi yang perlu diketahui.

  1. Perekonomian Tumbuh Negatif

Kondisi resesi terjadi saat pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif hingga dua kuartal berturut-turut. Kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh ketidakstabilan investasi, konsumsi, pendapatan nasional, pengeluaran, dan ekspor-impor. Resesi sulit untuk dihindari jika tanda-tanda ini terjadi.

  1. Lebih Banyak Impor Dibanding Ekspor

Kegiatan ekspor-impor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika impor lebih besar dibanding ekspor, itu bisa jadi ciri-ciri resesi ekonomi. Ketika suatu negara lebih banyak mendatangkan berbagai kebutuhan dari luar negeri, ada risiko defisit anggaran. Jika ini terjadi, pendapatan nasional menurun dan bisa menyebabkan resesi.

  1. Lapangan Kerja Menurun

Lapangan kerja menurun menciptakan banyak pengangguran dan menunjukkan lemahnya ekonomi suatu negara. Jika ini terjadi, tingkat kriminalitas berpotensi meroket. Semakin banyak tindak kriminal, investor bisa kehilangan kepercayaan untuk menanamkan modal, sehingga akhirnya negara berpeluang jatuh ke jurang resesi.

  1. Produksi dan Konsumsi Tidak Seimbang

Produksi dan konsumsi yang tidak seimbang juga menjadi ciri-ciri resesi ekonomi. Jika produksi berlebih, stok barang bakal menumpuk. Sementara, konsumsi yang lebih banyak dibanding produksi berpotensi mendorong impor besar-besaran.

Baca juga:

 

Kondisi produksi dan konsumsi yang tidak seimbang membuat pengeluaran membengkak dan laba perusahaan dalam negeri menurun. Kondisi ini bakal memicu resesi.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.